SESANTI SUMARAH

SESANTI SUMARAH
Luhuring bangsamu mbenjang kawasesa Iman suci

Selasa, 25 November 2008

SESANGGEMAN SUMARAH

Bagi warga Paguyuban Sumarah, tentunya tak asing lagi dengan Sesanggeman Sumarah, bahkan sebagian tentu hafal dengan seluruh isinya, hal ini sangat tidak mustahil karena sejak awal seseorang yang ingin belajar ilmu Sumarah pasti diperkenalkan dulu dengan isi Sesanggeman, dan setelah menjadi anggota Sumarah mereka pasti sering mendengarkan bacaannya di setiap mengawali acara Latihan Sujud Sumarah. Sesanggeman berasal dari kata "sanggem" yang berarti sanggup, jadi sesanggeman bisa berarti kesanggupan. Mestinya, hanya bagi yang sanggup menjalani Sesanggeman itulah yang bisa diterima sebagai anggota Paguyuban Sumarah dan diperkenankan mengkaji Ilmu Sumarah .....

SUMARAH

Paguyuban marsudi katentreman lair batos sarana  Sujud Sumarah ing Allah
Sasanggeman


1.  Para kulawarga Paguyuban Sumarah Indonesia sami yakin menawi Allah punika wonten ingkang nitahaken donya akerat saisinipun, punapa dene ngakeni wontenipun para rusul tuwin Kitab Sucinipun.
2.  Sanggem tansah enget, sumingkir saking raos pandhaku kumingsun, pitados dhateng kasunyatan, saha Sujud ingkang mahanani Sumarah ing Allah
3.  Marsudi sarasing sarira, tentreming panggalih saha sucining rohipun, makaten ugi ngutamekaken watakipun dalah muna muni tuwin tindak tandukipun
4.   Manunggilaken tekad dhateng pasadherekan, adhedhasar tumaneming raos tresna sih
5. Sanggem tumindak saha makarti, anjembaraken wajibing agesang sarta anggatosaken preluning bebrayan umum, netepi wajibing warga negara, tumuju dheteng kamardikan, kamulyan saha kaluhuran ingkang mahanani tata tentreming jagad raya
6.  Sanggem tumindak leres, ngestokaken anggering nagari tuwin ngaosi ing sasami, mboten nacad kawruhing liyan, malah tumindak kanthi katresnan murih sadaya golongan, para ahli kebatosan tuwin sadaya agami saged nunggil gegayuhanipun.
7.  Sumingkir saking pandamel awon, maksiyat, jahil drengki lan sasaminipun, sadaya tindak tuwin pangandika sarwa prasaja sarta nyata, kanthi sabar saha titi, mboten kasesa mboten sumengka.
8.    Taberi ngudi jembaring mindhakipun seserepan lair batos
9.  Mboten fanatik, namung pitados dhateng kasunyatan ingkang tundhonipun murakabi dhateng bebrayan umum.



Terjemahan dan Penjelasan menurut Penulis :
No. 1
Di sini jelas bahwa para warga Paguyuban Sumarah adalah orang-orang yang telah percaya dengan yakin bahwa Allah (Tuhan YME) itu ada, yang menciptakan dunia akhirat seisinya. Keyakinan di sini tentu saja bukannya tanpa alasan, hambatan atau bahkan tantangan. Kadar keyakinan ini harus semakin tebal, meningkat kadarnya, karena seiring berjalannya waktu cobaan serta ujian akan semakin menantang. 
Allah (Tuhan YME) yang menciptakan dunia akhirat seisinya, menciptakan (nitahaken) tidak sekedar mengadakan, tetapi sekaligus memprogram seluruh geraknya, menguasai seluruh kondisinya, mengelola seluruh hukum alam yang diciptakannya, menentukan awal dan akhir seluruh peristiwa, dst. Demikian pula warga Paguyuban Sumarah mengakui adanya para Utusan Tuhan YME beserta Kitab-kitab Sucinya, baik yang tertulis dalam suatu Kitab Suci ataupun tidak, tapi yang benar-benar membawa berita atau mengajarkan kebajikan dan kebijakan bagi umat manusia sekitarnya. Dipersilahkan/boleh mengikuti petunjuk salah satu Utusan/rasul atau warono, namun juga mengakui dan bersedia menghargai petunjuk-petunjuk rasul atau warono yang lain. Apabila ini dilaksanakan maka kita akan terhindar dari sikap-sikap intoleransi, melecehkan keyakinan orang lain dsb.

No. 2
Sanggem tansah enget, enget di sini bisa berarti ingat (kepada Tuhan YME), bisa juga berarti sadar (sadar seutuhnya sebagai hamba Tuhan YME ). Sanggup selalu ingat/sadar, satu hal yang sangat sulit diwujudkan, dan itu juga  pernah tergores dalam syair Chairil Anwar ......Biar susah sungguh, mengingat Kau penuh seluruh....
Kalaupun kita akhirnya bisa selalu ingat kepada Tuhan/sadar, namun kita harus segera menghindar dari rasa egois dan takabur, karena kita bisa seperti itu berkat karunia/kehendak Tuhan jualah hakekatnya. Dalam mengkaji ilmu Sumarah hendaknya kita hanya percaya kepada realita (hakekat kenyataan), dan menjalankan Sujud sampai benar-benar terasa pasrah total (Sumarah) di dalam kuasa-Nya.

No. 3
Mengupayakan kesehatan jasmani, tenteramnya hati dan kesucian rohaninya, demikian juga memperbaiki watak (karakter) pribadi, beserta ucapan dan suara hati(perasaan) serta perilakunya. Dengan mematuhi nomor 3 ini warga Sumarah akan suka menjaga kebersihan diri dan lingkungan, berolah raga, badannya selalu aktif bergerak, juga sering melakukan Sujud/meditasi, tidak mudah emosi, ramah kepada semua orang, dan karakter serta ucapan dan perbuatannya semakin positif .

No. 4
Menyatukan tekad untuk mempererat rasa persaudaraan (dengan siapa saja, tidak membedakan golongan, suku, ras, agama/keyakinan) berdasarkan rasa cinta kasih.

No. 5
Sanggup bertindak/action dan berkarya/bekerja (jadi tidak pasif atau malas), memperluas kewajiban hidup (sebagai makhluk sosial), serta memperhatikan kepentingan masyarakat umum, menepati kewajiban sebagai warga negara, bertujuan untuk kemerdekaan, kemuliaan dan keluhuran, demi terwujudnya tertib tenteramnya dunia raya. (Memayu hayuning bawono)

No. 6
Sanggup bertindak benar (tidak curang dsb.) mentaati undang-undang Negara, menghargai sesama, tidak mencela pendapat orang lain (azas musyawarah), selebihnya akan bertindak berdasarkan rasa kasih sayang agar semua golongan, para ahli spiritual dan semua agama bisa menyatukan tujuan/cita-cita.

No. 7
Menghindar dari perbuatan tercela, maksiat, jahil, dengki dan sejenisnya, semua perbuatan dan perkataan serba bersahaja, dan nyata (tidak bohong/khayal), dengan sabar, teliti, tidak tergesa dan tidak terburu nafsu.

No. 8
Rajin menambah ilmu pengetahuan lahir dan batin . Jadi mempelajari ilmu apa saja diperbolehkan bahkan dianjurkan untuk rajin. Ilmu pengetahuan tidak Sumarah saja, pengetahuan lain bisa dari berbagai agama dan bisa juga dari berbagai kepercayaan misalnya Sapto Darmo, Budo Jawi Wisnu, Perjalanan, Kaharingan, Marapu dll. bagi yang sempat mempelajari silahkan, semua itu juga diturunkan oleh Tuhan YME.

No. 9
Tidak fanatik (merasa paling benar baik secara pribadi maupun kelompok, atau merasa bahwa Ilmu Sumarah itu ilmu terbaik dibanding yang lain), hanya percaya kepada hakekat kenyataan (realita) yang pada akhirnya bermanfaat bagi masyarakat umum.
Di sini seharusnyalah warga Paguyuban Sumarah tidak fanatik, sebab kita lahir tidak memilih, kebetulan di Jawa dan kebetulan bertemu dengan Ilmu Sumarah.

Sekedar pendapat (maaf, bukan berarti membandingkan apalagi melecehkan), hakekat makna Sesanggeman tersebut, secara urut agaknya mirip dengan urutan Rukun Islam yang pernah penulis pelajari saat mengaji di sebuah surau di kota Magetan, waktu itu masih berusia sekitar 11 - 12 tahun.
Dalam tembang pujian terdengar lantunan lagu seperti ini :
Wajib Islam kaweruhana, rukune Islam yaiku lima
Ingkang dhihin maca Syahadat
kaping pindho nglakoni Sholat
kaping telu aweh Zakat
kaping papat nglakoni Pasa, nglakoni pasa telung puluh dina
sasine wulan Ramadhan
kaping lima ngibadah Haji, maring Mekah lamun kuwasa.

Sebagai rujukan penulis berkesimpulan seperti tersebut di bawah ini :
Sesanggeman no. 1, merujuk pada Rukun ke 1
Sesanggeman  no. 2 dan 3 merujuk pada Rukun ke 2
Sesanggeman no. 4,5,6 merujuk pada Rukun ke 3
Sesanggeman no. 7 dan 8 merujuk pada Rukun ke 4
Sesanggeman no. 9 merujuk pada Rukun ke 5
Sidang Pembaca dipersilakan untuk menguraikannya sendiri, boleh bertanya pada penulis jika dirasa perlu.

Demikian sedikit penulis memberikan penjelasan, semoga ada manfaatnya...

Rahayu.

Featured Post

Perwujudan Ilmu Sumarah

     Diakui, penulis bukanlah seorang ahli dalam menjabarkan suatu masalah, apalagi yang berhubungan dengan hal-hal yang berbau spiritual, h...