SESANTI SUMARAH

SESANTI SUMARAH
Luhuring bangsamu mbenjang kawasesa Iman suci

Sabtu, 18 Juni 2016

Ilmu Sumarah itu bukan Agama

      Menurut sejarahnya, wahyu Sumarah diturunkan pada bulan September 1935 adalah dalam rangka membulatkan Iman bangsa / manusia yang saat itu dinilai bocel (growak Jw.), dan tugas itu dibebankan khusus kepada pak Kino (R.Ng. Soekino Hartono). Akan tetapi karena pak Kino merasa tidak mempunyai kemampuan apa-apa dan sangat takut resiko, akhirnya setelah terjadi tawar-menawar (dengan Tuhan lewat Khakiqi), pak Kino hanya sanggup untuk menjadi Warono (corong), sedangkan seluruh tuntunan/ajaran sepenuhnya diserahkan kepada Tuhan YME semata-mata.
       Adapun bagaimana prosesnya sampai pak Kino dapat berkomunikasi dengan Tuhan YME (lewat Khakiqi) pada saat itu, yang paling tahu adalah pak Kino sendiri yang mengalami, dan untuk bisa berproses mencapai tingkat spiritual seperti itu pastinya pak Kino sudah menjalani laku spiritual dan perjuangan lahir batin yang memadai. Dengan mencermati sejarahnya pula kita mengetahui bahwa pak Kino selain menjalani laku seperti peninggalan leluhurnya, juga beliau sangat rajin mempelajari ilmu-ilmu kebatinan lainnya, bahkan setiap beliau mendengar ada guru ngelmu di mana saja , selalu beliau (bersama pak Hardo sebagai sahabatnya) berkenan untuk mendatangi dan berguru kepada mereka. Proses pengkajian ilmu-ilmu ini terlaksana semenjak pak Kino masih muda dan berlangsung sangat lama sampai akhirnya wahyu Sumarah tersebut diturunkan kepada beliau. Dengan demikian kesimpulannya, ilmu (kemampuan) termasuk metode ataupun tata cara yang digunakan oleh pak Kino untuk mencapai tingkat spiritual tinggi sampai bisa berkomunikasi langsung dengan Tuhan YME (melalui Khakiqi), rupanya telah dimiliki/dicapai pak Kino menjelang Wahyu Sumarah pertama kali diturunkan.
       Dan ilmu/kemampuan/metode ini pulalah kiranya yang pak Kino sebarkan/ajarkan pada awalnya kepada para handai taulan guna mendasari terbinanya pribadi yang siap menerima Ilmu Sumarah yang nantinya berguna untuk membangun Iman Bulat kepada Allah (Tuhan YME), termasuk pula tatacara membai'at anggota baru yang mengharuskan menghadap ke barat dengan membaca Syahadat Tunggal, yang ini diadopsi dari tatacara ketika beliau dan pak Hardo berguru pada Bp. Wignjo Supartono (salah satu guru spiritual pak Kino). Tatacara bai'at semacam itu pada saat ini sudah sangat sedikit yang melaksanakannya, bahkan ada sebagian pengurus di daerah yang meniadakan acara tersebut dengan berbagai alasan, termasuk pendapat bahwa yang membai'at itu adalah Tuhan sendiri.
      Dalam menjalankan ritual peribadatan, Sumarah tidak mengenal persyaratan maupun peralatan lahiriah sebagaimana keyakinan/agama lain misalnya himpunan atau hafalan do'a, kitab Suci, jenis atau warna pakaian, kiblat menghadap, wewangian, kemenyan, dupa, sesajian dan sebagainya, termasuk juga hari dan waktu menjalankan ritual. Semuanya bebas, kalaupun diatur bersama ya sesuai kesepakatan. Hal-hal yang menyangkut tatacara dan peraturan berkumpul, waktunya, susunan acara pertemuannya dsb. diatur secara organisasi dan bersifat temporer sesuai situasi kondisi daerahnya. Sangat mungkin satu daerah berbeda dengan daerah lain, satu komunitas berbeda dengan komunitas lainnya baik bahasanya maupun sistem ritualnya. Yang sama hanya persaksian rasa/perasaan di dalam sujud (ritual) tersebut.
        Sampai detik penulisan naskah ini, yang namanya tata cara yang menyangkut peristiwa kelahiran, khitan atau mungkin pangur (meratakan gigi) kalau ada, pernikahan, ulang tahun, sampai tata cara merawat jenazah, semuanya diserahkan kepada hasil kesepakatan bersama, terutama keluarga dan masyarakat sekitar. Di Paguyuban Sumarah tidak pernah ada cara-cara khusus yang diadakan untuk acara semacam itu. Kalaupun ada yang mengajak sujud bersama, hal itu hanya tambahan pada acara yang berlangsung.
       Pada dasarnya Ilmu Sumarah itu adalah ilmu untuk membangun rasa Iman bulat kepada Allah (Tuhan YME). Iman disini diartikan sebagai keyakinan akan adanya Allah (Tuhan YME) dengan segala sifat-sifat Maha-Nya, dan sadar bahwa kita umat manusia hanya hamba Tuhan, sebagian kecil dari ciptaanNya. Kita sekedar menjalani apa yang menjadi kehendak-Nya. Oleh karena itu maka hampir di setiap pertemuan warga Sumarah isinya hanyalah belajar Sujud Sumarah yang sepenuhnya berupa olah rohani (kejiwaan/spiritual). Kalaupun ada pertemuan yang bersifat organisatoris, itupun proses dan hasilnya harus dipersaksikan secara rohani.
        Dalam pelaksanaan ritual Sujud Sumarah sama sekali tidak dikenal atau diperkenalkan hafalan do'a-do'a atau mantera dalam bahasa apapun, tidak diperlukan pakaian khusus, tidak ada sikap ataupun gerakan tertentu, tidak dibutuhkan wewangian, dupa, kemenyan, sesajian/sajen, cara dan arah menghadap tertentu dan sebagainya. Semua apa adanya.
        Di dalam praktek pencapaian tahapan Ilmu Sumarah, tidak ada sistem guru - murid, semua adalah murid, gurunya hanya Tuhan YME sendiri, medianya terserah kehendak Tuhan, bisa Khaqiqi (kalau untuk pribadi), bisa Warono atau bisa yang lain. Tidak dibedakan antara senior dan yunior, antara pejabat dan rakyat, antara yang kaya dan yang miskin dst. Tidak dibedakan antara yang beragama apapun, juga yang mungkin mengaku tidak beragama (asal mengakui adanya Tuhan YME), dari etnis apapun, Semuanya benar-benar sama dihadapan Tuhan. Sebagai Imam/pendamping sujud biasanya diserahkan kepada senior yang lebih berpengalaman dalam laku sujud.
      Di sinilah sebabnya penulis menyatakan bahwa Sumarah itu bukan agama dan sudah pasti tidak akan pernah menjadi agama. Untuk mempelajari Ilmu Sumarah tidak dianjurkan/apalagi diharuskan untuk pindah agama atau melepas agamanya.
        Sekedar untuk menambah wawasan para pembaca dalam mencoba memahami perihal paguyuban Sumarah berkaitan dengan hal-hal lainnya, penulis menyajikan serangkaian vidio yang mengungkapkan hasil wawancara antara seorang akademisi dari ITS (sebagai penanya) dengan penulis sebagai pemberi jawaban. Wawancara ini terdiri dari 5 session yaitu (silahkan klik untuk memutarnya) :
Seluruh dialog wawancara diselenggarakan tanpa kelengkapan teks tertulis. Seluruhnya digelar secara sederhana berbentuk tanya jawab seperti obrolan biasa yang santai tapi sampai. Untuk segala kekurangannya penulis hanya bisa mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada sidang pembaca.
Rahayu

Featured Post

Perwujudan Ilmu Sumarah

     Diakui, penulis bukanlah seorang ahli dalam menjabarkan suatu masalah, apalagi yang berhubungan dengan hal-hal yang berbau spiritual, h...